Indonesia

Upacara Larung Sembonyo ini lahir dari cerita tradisional mengenai peristiwa gaib ketika seseorang Tumenggung dan pasukannya melakukan perluasan wilayah atau babad alas pada daerah tersebut. Peristiwa tersebut menjadi asal mula adanya mitos yang berkembang oleh masyarakat pesisir pantai Prigi. Warga pesisir pantai Prigi mempercayai tradisi ini diselenggarakan dalam penanggalan Jawa ketika Senin Kliwon, bulan Selo. Ketika tradisi ini tidak lagi dilakukan maka warga sekitar akan merasakan ada sesuatu yang terasa kurang. Upacara Larung Sembonyo ini biasanya dilakukan oleh para nelayan dan petani yang bercocok tanam atau melaut di daerah Prigi. Upacara ini sebagai rasa hormat kepada leluhur yang telah membuka wilayah tersebut sebagai pemukiman. Tumenggung Yudho Negoro dan keempat saudaranya merupakan tokoh penting peristiwa pertama kali ketika membuka lahan di daerah tersebut. Warga sekitar meyakini ketika upacara adat ini tidak dilaksanakan, maka akan terjadi panen yang gagal, sulitnya menangkap ikan, wabah atau penyakit yang menyebar, bencana alam, dan berbagai kesulitan lainnya.[1]

Jawa

Upacara Larung Sembonyo lair saka crita tradhisional ngenani kedadean gaib nalika Tumenggung lan pasukane nggedhekake wilayah utawa babad alas ing dhaerah kasebut. Kedadeyan iki dadi asale saka mitos kang dikembangake dening masyarakat pesisir Prigi. Warga pesisir Prigi percaya yen tradhisi iki dianakake ing tanggalan Jawa dina Senin Kliwon, ing wulan Selo. Nalika tradhisi iki ora ditindakake maneh, warga lokal bakal rumangsa ana sing ilang. Upacara Larung Sembonyo biyasane ditindakake dening para nelayan lan petani kang padha ngolah palawija utawa menyang segara ing tlatah Prigi. Upacara iki minangka wujud penghormatan marang para leluhur sing mbukak wilayah kasebut minangka pedhukuhan. Tumenggung Yudho Negoro lan sedulure papat dadi tokoh penting ing prastawa kapisan nalika mbabat lemah ing wilayah kasebut. Warga setempat percaya yen upacara tradhisi iki ora dileksanakake, bakal gagal panen, kangelan nyekel iwak, wabah utawa nyebar penyakit, bencana alam, lan maneka warna kangelan liyane.[1]

TerjemahanBahasa.com | Bagaimana cara menggunakan penerjemah teks bahasa Indonesia-Jawa?

Dianggap bahwa pengguna yang mengunjungi situs web ini telah menerima Ketentuan Layanan dan Kebijakan Privasi. Di situs web (terjemahaninggris.com), pengunjung mana pun dapat memiliki bagian seperti forum, buku tamu, tempat mereka dapat menulis. Kami tidak bertanggung jawab atas konten yang ditulis oleh pengunjung. Namun, jika Anda melihat sesuatu yang tidak pantas, beri tahu kami. Kami akan melakukan yang terbaik dan kami akan memperbaikinya. Jika Anda melihat sesuatu yang salah, hubungi kami di →"Kontak" dan kami akan memperbaikinya. Kami dapat menambahkan lebih banyak konten dan kamus, atau kami dapat mencabut layanan tertentu tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pengunjung.


Kebijakan Privasi

Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)